Postingan

Angin Yang Membawa Dirimu

  Perihal lembutnya angin Gugur seluruh kelopak bunga Tak lagi indah pohon yang ku punya Perihal rumput-rumput hijau yang mengelilingi Tempat bertumpuknya embun-embun rindu Nampak lembab dan sembab  Basah bajuku menikmatimu Ia tak pernah kering  Sebab disini aku tak bertemu matahari Dan perihal rindu yang ku ucap tadi  Ia lambang dari kepulanganmu Awal keikhlasanku melepas masa lalu

Kuat Itu Rapuh

  Waktu akan terus berjalan meski aku diam, tak bergeming Sebab takut dan ragu ku pada sesuatu yang mengisi penuh dunia Ramai seperti titik-titik bintang hanya saja mereka tak indah Lalu aku mulai ditinggal Terjebak dalam ruang hampa yang menyesakkan Membiasakan indraku dengan sepi juga gelap Bila mana sakit ada sembuhnya Maka tolong carikan aku obat segera Barang kali ada yang mendengar suara lirih yang mendesak ini Karena jiwa yang berada dalamku tak lagi mampu menopang isi Serta kaki yang telah enggan diajak berdiri

Yang Tak Bisa Hilang

Yang ku pikir sudah sembuh ternyata belum Sedihnya masih sama Marahnya tetap menyala Lukanya pun masih ada Dibalik banyak hal yang tak ku suka  Hanyalah sekedar penutup ribuan suara yang tak terteriakkan Sebab apa yang manis menyimpan pahitnya sendiri Begitupun hal yang masam menyisahkan seujung manis diakhir kecapan Kerasnya gemuruh petir jauh lebih lembut dari apa yang di dengar telinga Kobaran api terasa dingin bagi kulit yang telah mati Yang palsu dipaksa jadi nyata Yang memar harus jadi bersinar

Kereta Tua

  Tidak bisakah kereta ini melaju lebih cepat  Aku ingin segera sampai ke tujuan Terlalu lama menunggu Hingga aku jatuh tertidur Tak sadar sinar mentari masuk menembus kaca Bukannya bangun aku justru mimpi tengah ditepi lautan Kau dengan senyum lama Harus jujur bahwa aku suka Tapi keras decitan kereta tiba-tiba membangunkan Saat sadar aku hanya bisa bergumam Pelan Tak ada yang mendengar Aku ini hanya ingin berjumpa...

Sebuah Jawaban

Kau itu lautan Aku sering mencuri pandang dibalik tembok peradaban Yang ku bangun untuk melindungiku dari asinnya airmu Sebab ku tau meski kau indah  Kau bisa menghanyutkan Tapi sayang, aku tak pandai berenang Aku takut tenggelam didalamnya Kau itu bentuk dari ragu Alasan kenapa aku tak bisa percaya padamu

00.00

 Bunga kecil yang tetap teguh saat diterpa badai  Padahal akarnya sudah hampir terlepas dari tanah yang kering  Tapi ia tetap bertahan dengan melukai diri Sebab masih ada denting hujan yang dinanti Tak lupa pula menunggu hangat sinar  Yang kelak membuatnya mekar Saat ini dia memang hanya sebuah kuncup Tetapi kuncup pun kelak jadi bunga Pasti nanti ia akan bisa  Membawa harum pada dirinya Kepada dunia yang masih mau menerima

Isi Dunia

Mana dimana harus ku temukan sebuah ketulusan Apakah ia nyata atau hanya dongeng semata Sepanjang jalan mendengar bising kicauan burung kenari Dari paruh yang penuh janji  Mana kemana harus ku labuh kan diri Ku tak sanggup berdiri lagi Duka merana rasanya mencinta Tertikam oleh rasa percaya Menguar busuk yang menusuk Patahnya sepotong tulang rusuk Menyadarkanku bahwa tulus memang tak pernah hadir Atau mungkin ia memang tak sudi untuk bersanding

Sajak Mu

Ku tinggalkan dunia yang melalaikanku pada-Mu Sebab tak ada lagi yang mau menunggu Karna sungguh Kau pun telah menyeruku berkali-kali Tolong kembali... Hanya bahu-Mu yang membuatku nyaman bersandar Atas lelah yang tak kunjung sirna Tentang aman yang tak dapat ku cari di tempat lain Dan tentang hangat yang orang lain tak bisa beri

Lantang

Sungguh semesta harus tau Bahwa hati sudah membatu Sudah ditiadakan tangisan pilu Tapi ia jadi tak bisa merasakan berjalannya waktu Melepas ikrar pengampunan Dengan suara yang kian lirih dimakan badai di lautan Surga jadi alasan tetap bertahan Sebab tak berartinya sebuah pengabdian Bertanya-tanya apa itu penantian Yang pasti hanya berdiri diatas bumi Masalah kapan selesai aku tak peduli Setidaknya ucapan itu tetap keluar meski telah jadi yang kesekian kali

Sebab Rasa Itu Nyata

  Aku ingin memeluk dunia sebab kau dalamnya Sebab memelukmu pun hanya jadi sebuah khayal Dan rindu itu nyata, kau jauh disana Jarak pandangku tak dapat melihat Bahkan bila kau hanya sekedar bayang Setiap denting waktu menjelma menjadi rindu Panas mataku menangisimu Jarum jam menjadi tajam setiap kau muncul dalam ruang di kepala Habis napasku sebab kau yang ku sebut udara Muncul beribu tanya Apa dunia tak bersedia menyatukan kita Atau entah bagaimana maksud Tuhan Membuat temu diantara dua manusia Kemudian menciptakan jarak diantara mereka