Standar Kecantikan di Masyarakat dan Hubungannya dengan Konsep Sehat

Septian Hidayat
Mahasiswa Departemen Sosiologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
17 November 2022 10:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Septian Hidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perbedaan warna kulit. Sumber foto: Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perbedaan warna kulit. Sumber foto: Pexels.com
ADVERTISEMENT
Cantik merupakan dambaan dari semua perempuan. Melihat banyaknya fenomena yang sedang berkembang di masyarakat, kecantikan merupakan salah satu hal yang dilihat sebelum mengetahui seseorang. Banyak definisi terkait cantik yang ada di masyarakat. Terdapat masyarakat yang mengatakan bahwa cantik itu seseorang yang berkulit putih. Namun, kecantikan yang seakan distandarisasi itu apakah menjadi sebuah standar untuk seseorang dikatakan cantik. Di sisi lain, apa yang disebut cantik juga sering dihubungkan dengan kata sehat. Seseorang dikatakan sehat apabila orang tersebut memiliki kulit putih.
ADVERTISEMENT
Globalisasi, Media, dan Informasi
Pada era globalisasi, informasi semakin mudah kita dapatkan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam bidang komunikasi telah mempermudah persebaran arus informasi tanpa mengenal batas-batas baik di dalam negeri maupun luar negeri. Hal tersebut tentunya menimbulkan dampak positif dan negatif. Perkembangan teknologi yang terjadi bukan hanya mempermudah manusia dalam mendapatkan dan menyebarkan informasi dengan mudah serta cepat saja, melainkan juga menimbulkan beragam perubahan di dalam kehidupan masyarakat. Pandangan dalam masyarakat terkait cantik tentunya dipengaruhi oleh majunya teknologi komunikasi dengan semakin mudahnya seseorang memberikan informasi dan mendapatkan informasi. Informasi dan pengalaman yang didapat dan diberikan individu dapat mempengaruhi bagaimana konstruksi masyarakat terkait standar cantik dan nantinya juga akan berpengaruh pada persepsi hubungan cantik dengan sehat yang terbentuk di dalam masyarakat tersebut.
ADVERTISEMENT
Persebaran arus informasi yang tidak mengenal batas-batas tersebut dapat kita lihat dengan adanya korean wave. Korean wave merupakan istilah yang diberikan untuk penyebaran budaya populer Korea Selatan melalui produk-produk hiburan seperti musik, film, drama, dan pakaian secara global di berbagai negara, termasuk di Indonesia (Putri et al., 2019). Pada saat ini, korean wave sudah masuk ke Indonesia mulai dari budaya, makanan, musik, film, drama, dan produk kecantikan dari negara tersebut menjadi kegemaran bagi banyak masyarakat Indonesia. Korean wave dapat mempengaruhi penilaian kecantikan di masyarakat. Masyarakat dapat mengetahui budaya Korea Selatan tersebut dari berbagai macam media seperti televisi dan internet. Masyarakat akan melihat selebritas negara tersebut dalam berbagai media. Salah satu hal yang disoroti dari selebritas-selebritas Korea Selatan yakni kulit putih yang mereka miliki. Hal tersebut menjadi daya tarik bagi tidak sedikit masyarakat Indonesia untuk mempunyai kulit dan badan yang sama seperti selebritas Korea Selatan. Pada akhirnya, para selebritas tersebut dijadikan salah satu standar cantik bagi sebagian masyarakat.
ADVERTISEMENT
Standar Kecantikan di Masyarakat
Kecantikan adalah suatu hal yang relatif dan tidak dapat diukur (Arsitowati, 2017). Setiap daerah dan negara tentunya mempunyai penilaian masing-masing mengenai kecantikan. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman dan majunya teknologi, budaya-budaya dari luar masuk ke Indonesia termasuk korean wave dapat mempengaruhi penilaian kecantikan di masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari tidak sedikitnya masyarakat Indonesia yang ingin mempunyai kulit dan badan yang sama seperti selebritas Korea Selatan dan menjadikan hal tersebut sebagai satu standar cantik di masyarakat.
Kita juga dapat melihat standar kecantikan yang ada di masyarakat dari iklan-iklan yang tayang di televisi dengan adanya representasi perempuan berkulit putih yang secara sengaja masih dibentuk oleh media. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui konstruksi kecantikan yang dibentuk oleh media yang menyebabkan banyak perempuan menganggap bahwa kecantikan itu seperti apa yang ditampilkan oleh media. Tuntutan yang dibangun oleh media dan menjadi tekanan bagi perempuan yakni perempuan harus mempunyai kulit putih. Kita dapat melihat dari adanya iklan-iklan kecantikan yang masih banyak menggunakan model perempuan yang memiliki kulit putih dan adanya adegan kulit yang berubah menjadi putih setelah menggunakan produk tersebut. Pada iklan Citra, perempuan sehat digambarkan dengan perempuan berkulit putih (Pratiwi dan Luthfianiza 2020). Pada iklan Vaseline Insta Fair tahun 2013, model yang berperan di iklan tersebut berkulit putih (Arwanda et al. 2022). Pada iklan Dove Body Wash tahun 2017, terdapat adegan berubah menjadi putih setelah menggunakan produk tersebut (Aden et al. 2022).
ADVERTISEMENT
Selain itu, kita juga dapat melihat standar kecantikan yang dengan adanya representasi perempuan berkulit putih di media sosial seperti Instagram. Berdasarkan skripsi karya (Putranto, 2017), konsep cantik yang tergambar dalam akun Instagram @unnes_cantik salah satunya yaitu perempuan yang memiliki kulit putih. Walaupun jangkauan penelitian yang dilakukan hanya pada lingkup universitas tersebut saja, tetapi akun Instagram tersebut dapat dilihat oleh siapa saja sehingga tidak menutup kemungkinan konsep cantik yang tergambar dalam akun Instagram tersebut membuktikan bahwa sebagian masyarakat mempunyai konsep cantik dengan ciri kulit putih.
Hubungan Konsep Cantik dengan Konsep Sehat di Masyarakat
Terdapat anggapan bahwa perempuan sehat itu perempuan yang memiliki kulit putih. Anggapan tersebut tentunya tidak terjadi di semua masyarakat karena individu pada masing-masing masyarakat tentunya mempunyai pengalaman masa lalu, pengetahuan, dan unsur sosial-budaya yang berbeda. Oleh karena itu, pandangan hubungan cantik dengan sehat ini tidak selalu bersifat objektif. Anggapan tersebut lahir tentunya dalam masyarakat yang individunya mempunyai pengalaman masa lalu, pengetahuan, dan unsur sosial-budaya yang berpotensi melahirkan anggapan ini.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan artikel yang berjudul Tak Selamanya Kulit Putih jadi Tanda Kulit Sehat yang dilansir dari Hellosehat, warna terang atau gelapnya kulit, tidak bisa dijadikan patokan Kesehatan kulit. Pada dasarnya, pemilik kulit sehat cenderung terhindar dari beragam masalah kulit. Terdapat banyak ciri yang menjadi patokan kulit dikatakan sehat, tetapi kulit putih tidak termasuk dalam ciri tersebut.
Indonesia merupakan negara dengan beragam suku, ras, dan budaya. Kita lahir dari keluarga yang tentunya memiliki ras, suku, dan budaya yang berbeda. Di sisi lain, kita juga tinggal di kondisi geografis yang berbeda dengan cuaca dan suhu yang berbeda. Sudah sepatutnya kita bangga dengan kulit yang kita miliki. Kulit yang kita miliki yang berasal dari faktor geografis dan faktor keturunan baik itu putih, sawo matang, hitam, maupun warna lainnya bukanlah suatu petaka bagi kita.
ADVERTISEMENT
Proses Konstruksi Masyarakat Terbentuk
Fenomena terbentuknya persepsi masyarakat mengenai standar cantik dan hubungannya dengan konsep sehat dapat dianalisis menggunakan teori dialektika konstruksi sosial milik Peter L. Berger dan Thomas Luckman yaitu dengan adanya proses eksternalisasi, objektifikasi, dan internalisasi.
Proses eksternalisasi atau proses adaptasi dengan dunia sosio-kultural sebagai produk manusia (Johnson, 1986), dapat kita lihat dari adanya pertukaran pengetahuan, informasi, dan kebudayaan di luar individu pada masyarakat tertentu. Dalam proses tersebut, nilai-nilai kriteria perempuan cantik yang ada di luar individu seperti dalam iklan dan akun media sosial mempengaruhi konstruksi sosial masyarakat Indonesia dalam kriteria perempuan cantik. Media sosial dan internet menjadi salah satu aktor utama dalam penyebaran nilai-nilai tersebut.
Selanjutnya, proses objektifikasi atau proses saat nilai-nilai yang telah dipahami dapat didefinisikan kembali pada system of believe dalam kesadaran individu dan nilai-nilai tersebut juga telah diakui dalam masyarakat (Johnson, 1986). Proses ini dapat kita lihat bahwa adanya masyarakat yang yakin dan percaya bahwa perempuan cantik itu perempuan yang memiliki kulit putih. Hal tersebut juga dapat dilihat dengan adanya iklan-iklan yang banyak menampilkan model dengan kulit putih, produk-produk kecantikan yang membawa embel-embel whitening, dan akun media sosial dengan label cantik yang menampilkan perempuan berkulit putih yang dapat menunjukkan bahwa terdapat masyarakat yang yakin dan percaya bahwa perempuan cantik itu perempuan yang memiliki kulit putih.
ADVERTISEMENT
Proses selanjutnya yakni proses internalisasi atau proses penularan nilai pada seseorang dalam melihat makna realitas yang telah terjadi dan terbentuk secara objektif menjadi sebuah pengalaman (Johnson, 1986). Dalam proses ini, individu mengalami penyerapan nilai dan penafsiran terhadap makna yang ada di dalam masyarakat terkait kecantikan dan kriteria-kriteria perempuan cantik. Hal tersebut dapat kita lihat dari terdapat individu yang menyerap nilai yang ada di dalam masyarakat tersebut sehingga berusaha untuk tampil cantik sesuai persepsi masyarakat dengan menggunakan produk-produk dan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh selebritas Korea Selatan.
Pandangan Medis Mengenai Hubungan Kulit Putih dengan Konsep Sehat
Orang dengan kulit berwarna putih juga tidak bisa menjadi tolak ukur orang tersebut sehat. Dilansir dari laman Hellosehat, orang dengan kulit sehat dapat dikatakan apabila orang tersebut terhindar dari berbagai masalah kulit (Etika, 2021). Di dunia ini, warna kulit yang dimiliki manusia cukup beragam mulai dari pucat hingga gelap. Secara sains, warna kulit manusia berasal dari kombinasi paparan sinar matahari dan seberapa banyak jumlah serta pigmen kulit atau disebut juga melanin (Etika, 2021). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa orang dengan kulit putih tidak dapat dijadikan tolak ukur orang tersebut sehat. Hal tersebut tergantung pada pola gaya hidup yang dilakukan orang yang bersangkutan. Hidup sehat dapat tercipta apabila seseorang rajin berolahraga, pola makan yang sehat, dan pikiran yang sehat.
ADVERTISEMENT
Penutup
Dengan demikian, dapat terlihat betapa seramnya konstruksi sosial di dalam masyarakat terkait kecantikan. Banyak dampak buruk yang akan terjadi karena konstruksi tersebut. Selain itu, konstruksi sosial terkait cantik yang sering disangkutpautkan dengan sehat juga menimbulkan berbagai dampak buruk. Oleh karena itu, masyarakat harus bekerja sama untuk menghancurkan konstruksi buruk dan toxic beauty standard yang ada di dalam masyarakat demi menciptakan lingkungan sosial yang sehat. Hal tersebut dapat dimulai dari diri sendiri dengan cara untuk tidak menormalisasi konstruksi-konstruksi buruk tersebut.
Referensi
Aden, Z., Syaputra, D. D., Ervatamia, D., & Rigata, D. (2022). Putih sebagai Kulit Ideal : Representasi Warna Kulit Perempuan Ideal dalam Iklan Dove Body Wash Tahun 2017. Jurnal Analis Kebijakan, 3(1).
ADVERTISEMENT
Arsitowati, W. H. (2017). Kecantikan Wanita Korea Sebagai Konsep Kecantikan Ideal dalam Iklan New POND ’ S White Beauty : What Our Brand. 24(2), 84–97.
Arwanda, D., Wulandari, E. A., Rais, M., & Saputra, P. (2022). Putih yang Ideal : Representasi Warna Kulit Perempuan dalam Iklan Kosmetik Vaseline Insta Fair Tahun. Jurnal Audiens, 3(1).
Etika, N. M. (2021). Tak Selamanya Kulit Putih Jadi Tanda Kulit Sehat. Hellosehat. https://hellosehat.com/penyakit-kulit/kulit-putih-belum-tentu-sehat/
Johnson, D. P. (1986). Teori Sosiologi Klasik dan Modern 2. Gramedia.
Pratiwi, O., & Luthfianiza. (2020). Dari Kuning Langsat Menjadi Putih : Representasi Identitas Kulit Perempuan Ideal Indonesia dalam Iklan Citra. Jurnal Audiens, 1(2).
Putranto, A. P. (2017). Konstruksi Cantik Mahasiswa pada Media Sosial melalui Akun @unnes_cantik. Universitas Negeri Semarang.
ADVERTISEMENT
Putri, I. P., Liany, F. D. P., & Nuraeni, R. (2019). K-Drama dan Penyebaran Korean Wave di Indonesia. 3(1), 68–80.