ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
1
LAPORAN RAPOR PENDIDIKAN SD NEGERI 419 TANRONGI TAHUN 2023
2
- Laporan ini berisi CAPAIAN SELURUH INDIKATOR satdik Anda sesuai hasil Asesmen Nasional (AN), Survei Lingkungan Belajar (Sulingjar), survei alumni, dan sumber data lainnya.
- Laporan ini dapat memberi gambaran kualitas satuan pendidikan Anda seperti yang tertuang di SK Nomor 012/H/M/2023 tentang Indikator Profil Satuan Pendidikan dan Profil Pendidikan Daerah.
- Untuk mempermudah menghitung perubahan skor Rapor 2023 dan Rapor 2022, semua skor Rapor 2022 dikonversi ke rentang 0-100.
- Peringkat Anda didasarkan pada posisi skor capaian dalam satu rentang kelompok dengan pengertian berikut:
3
PERINGKAT ATAS untuk kelompok 1-20%
PERINGKAT MENENGAH ATAS untuk kelompok 21-40%
PERINGKAT MENENGAH untuk kelompok 41-60%
PERINGKAT MENENGAH BAWAH untuk kelompok 61-80%
PERINGKAT BAWAH untuk kelompok 81-100%
Laporan diperbarui 11 Jul 2023
4
5
NoIndikator
CapaianSkor Rapor
2023
Definisi CapaianPerubahan Skor dari Tahun LaluSkor Rapor 2022Peringkat di Kab./KotaPeringkat secara NasionalSumber Data
6
A.1Kemampuan literasi
Persentase peserta didik berdasarkan kemampuan dalam memahami, menggunakan, merefleksi, dan mengevaluasi beragam jenis teks (teks informasional dan teks fiksi).
Baik (77,78% siswa sudah mencapai kompetensi minimum)77,78Sebagian besar peserta didik telah mencapai batas kompetensi minimum untuk literasi membaca.Naik 7,70%72,22Peringkat menengah atas (21-40%)Peringkat menengah atas (21-40%)Asesmen Nasional: Asesmen Kompetensi Minimum (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
7
Proporsi peserta didik dengan kemampuan literasi di atas kompetensi minimumDi atas0,00%Peserta didik mampu mengintegrasikan beberapa informasi lintas teks, mengevaluasi isi, kualitas, cara penulisan suatu teks, dan bersikap reflektif terhadap isi teks.Tidak berubah0,00%
8
Proporsi peserta didik dengan kemampuan literasi mencapai kompetensi minimumMencapai77,78%Peserta didik mampu membuat interpretasi dari informasi implisit yang ada dalam teks, mampu membuat simpulan dari hasil integrasi beberapa informasi dalam suatu teks.Naik 7,70%72,22%
9
Proporsi peserta didik dengan kemampuan literasi di bawah kompetensi minimumDi bawah22,22%Peserta didik mampu menemukan dan mengambil informasi eksplisit yang ada dalam teks serta membuat interpretasi sederhana.Turun 20,01%27,78%
10
Proporsi peserta didik dengan kemampuan literasi jauh di bawah kompetensi minimumJauh di bawah0,00%Peserta didik belum mampu menemukan dan mengambil informasi eksplisit yang ada dalam ataupun membuat interpretasi sederhana.Tidak berubah0,00%
11
A.1.1Kompetensi membaca teks informasi
Kompetensi peserta didik dalam memahami, menggunakan, merefleksi, dan mengevaluasi teks informasional (non-fiksi).
51,68Turun 2,66%53,09Peringkat menengah atas (21-40%)Peringkat menengah (41-60%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
12
A.1.2Kompetensi membaca teks sastra
Kompetensi peserta didik dalam memahami, menggunakan, merefleksi, dan mengevaluasi teks fiksi.
57,36Naik 5,99%54,12Peringkat menengah atas (21-40%)Peringkat menengah atas (21-40%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
13
A.1.3Kompetensi mengakses dan menemukan isi teks (L1)
Kompetensi peserta didik pada kemampuan menemukan, mengidentifikasi, dan mendeskripsikan suatu ide atau informasi eksplisit dalam teks informasional (non-fiksi) dan sastra.
57,66Turun 2,35%59,05Peringkat menengah atas (21-40%)Peringkat menengah (41-60%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
14
A.1.4Kompetensi menginterpretasi dan memahami isi teks (L2)
Kompetensi peserta didik pada kemampuan membandingkan dan mengontraskan ide atau informasi dalam atau antar teks, membuat kesimpulan, mengelompokkan, serta mengombinasikan ide dan informasi dalam teks atau antar teks informasional (non-fiksi) dan sastra.
57,31Naik 5,91%54,11Peringkat atas (1-20%)Peringkat menengah atas (21-40%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
15
A.1.5Kompetensi mengevaluasi dan merefleksikan isi teks (L3)
Kompetensi peserta didik pada kemampuan menganalisis, memprediksi, dan menilai konten, bahasa, dan unsur-unsur dalam teks informasional (non-fiksi) dan sastra.
49,45Turun 3,32%51,15Peringkat menengah atas (21-40%)Peringkat menengah (41-60%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
16
A.2Kemampuan numerasi
Persentase peserta didik berdasarkan kemampuan dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan.
Baik (72,22% siswa sudah mencapai kompetensi minimum)72,22Sebagian besar peserta didik telah mencapai batas kompetensi minimum untuk numerasiTurun 18,75%88,89Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
17
Proporsi peserta didik dengan kemampuan numerasi di atas kompetensi minimumDi atas0,00%Peserta didik mampu bernalar untuk menyelesaikan masalah kompleks serta non-rutin berdasarkan konsep matematika yang dimilikinya.Turun 100,00%11,11%
18
Proporsi peserta didik dengan kemampuan numerasi mencapai kompetensi minimumMencapai72,22%Peserta didik mampu mengaplikasikan konsep matematik yang dimiliki dalam konteks yang lebih beragam.Turun 7,15%77,78%
19
Proporsi peserta didik dengan kemampuan numerasi di bawah kompetensi minimumDi bawah27,78%Peserta didik memiliki kemampuan dasar matematika: komputasi dasar dalam bentuk persamaan langsung, konsep dasar terkait geometri dan statistika, serta menyelesaikan masalah matematika sederhana yang rutin.Naik 399,64%5,56%
20
Proporsi peserta didik dengan kemampuan numerasi jauh di bawah kompetensi minimumJauh di bawah0,00%Peserta didik hanya memiliki kemampuan dasar matematika yang terbatas: penguasaan konsep yang parsial dan keterampilan komputasi yang terbatas.Turun 100,00%5,56%
21
A.2.1Kompetensi pada domain Bilangan
Kompetensi peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika pada konten bilangan untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.
38,04Turun 12,19%43,32Peringkat menengah atas (21-40%)Peringkat menengah atas (21-40%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
22
A.2.2Kompetensi pada domain Aljabar
Kompetensi peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika pada konten aljabar untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.
49,65Naik 11,02%44,72Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
23
A.2.3Kompetensi pada domain Geometri
Kompetensi peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika pada konten geometri untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.
47,16Naik 6,19%44,41Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
24
A.2.4Kompetensi pada domain Data dan Ketidakpastian
Kompetensi peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika pada konten data dan ketidakpastian untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.
49,54Turun 5,42%52,38Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
25
A.2.5Kompetensi mengetahui (L1)
Kompetensi peserta didik pada kemampuan memahami fakta, proses, konsep, dan prosedur.
51,93Turun 13,32%59,91Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
26
A.2.6Kompetensi menerapkan (L2)
Kompetensi peserta didik pada kemampuan menerapkan pengetahuan dan pemahaman tentang fakta-fakta, relasi, proses, konsep, prosedur, dan metode pada konten bilangan dengan konteks situasi nyata untuk menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan.
47,81Naik 9,48%43,67Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
27
A.2.7Kompetensi menalar (L3)
Kompetensi peserta didik pada kemampuan menganalisis data dan informasi, membuat kesimpulan, dan memperluas pemahaman dalam situasi baru, meliputi situasi yang tidak diketahui sebelumnya atau konteks yang lebih kompleks.
41,32Naik 12,28%36,8Peringkat menengah atas (21-40%)Peringkat menengah atas (21-40%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
28
A.3Karakter
Kecenderungan peserta didik dalam bersikap dan berperilaku berdasarkan nilai-nilai pelajar Pancasila yang mencakup beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, gotong-royong, kreativitas, nalar kritis, kebinekaan global, serta kemandirian.
Baik68,32Peserta didik terbiasa menerapkan nilai-nilai karakter pelajar pancasila yang berakhlak mulia, bergotong royong, mandiri, kreatif dan bernalar kritis serta berkebinekaan global dalam kehidupan sehari hari.Naik 25,04%54,64Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
29
A.3.1Beriman, Bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia
Penerapan ajaran agama dan kepercayaan dalam kehidupan sehari-hari melalui perbuatan pada manusia, alam, dan negara.
67,91Naik 20,56%56,33Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
30
A.3.2Gotong Royong
Keinginan dan pengalaman terlibat secara sukarela dalam kegiatan yang menunjukkan kepedulian untuk kebaikan bersama.
78,04Naik 46,01%53,45Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
31
A.3.3Kreativitas
Kesenangan dan pengalaman menghasilkan hal yang baru dan berguna.
73,41Naik 22,72%59,82Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
32
A.3.4Nalar Kritis
Kemauan dan kebiasaan mengambil keputusan secara logis berdasarkan berbagai bukti dan sudut pandang yang beragam.
60Naik 2,86%58,33Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
33
A.3.5Kebinekaan global
Ketertarikan terhadap budaya yang berbeda, kepedulian terhadap isu-isu global, serta dukungan terhadap kesetaraan gender, agama, dan budaya.
72,5Naik 44,08%50,32Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
34
A.3.6Kemandirian
Kemauan dan kebiasaan mengelola perasaan, pikiran, dan tindakan demi mencapai tujuan pembelajaran.
58,91Naik 27,46%46,22Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
35
C.3Pengalaman Pelatihan PTK
Proporsi guru dan kepala sekolah yang pernah mengikuti pelatihan melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM) dan non-PMM pada pelatihan kurikulum dan/atau bidang pengetahuan bidang studi, pedagogi, manajerial, atau pelatihan lain dikali bobot masing-masing pelatihan.
Kurang0Provinsi/Kabupaten/Kota/Satuan Pendidikan sedang merintis dalam keikutsertaan guru dalam pelatihan.Turun 100,00%3,33Peringkat bawah (81-100%)Peringkat bawah (81-100%)Platform Merdeka Mengajar (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi), Sistem Informasi Manajemen Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi)
36
C.3.1Partisipasi dalam Platform Merdeka Mengajar (proporsi)
Proporsi guru dan kepala sekolah yang memanfaatkan Platform Merdeka Mengajar.
Kurang0Provinsi/Kabupaten/Kota/Satuan Pendidikan sedang merintis dalam keikutsertaan guru dalam pelatihan pengetahuan bidang studi.Tidak berubah0Peringkat menengah bawah (61-80%)Peringkat bawah (81-100%)Platform Merdeka Mengajar (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi)
37
C.3.2Pelatihan lainnya (menggabungkan pelatihan bid. Studi, pedagogi, manajerial, dll)
Proporsi guru dan kepala sekolah yang mengikuti pelatihan lainnya (menggabungkan pelatihan bidang studi, pedagogi, manajerial, dll tidak melalui Platform Merdeka Mengajar).
Baik89Provinsi/Kabupaten/Kota/Satuan Pendidikan sudah maju dalam keikutsertaan guru dalam pelatihan pengetahuan pedagogik.Naik 100,00%0Peringkat menengah (41-60%)Peringkat menengah (41-60%)Sistem Informasi Manajemen Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi)
38
D.1Kualitas pembelajaran
Kualitas pengelolaan kelas dan penyelenggaraan pembelajaran interaktif yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa.
Baik81,69Pembelajaran menunjukkan kualitas yang optimal ditunjukkan dengan suasana kelas yang kondusif, dukungan afektif dan aktivasi kognitif dari guru yang konstruktif.Naik 22,58%66,64Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
39
D.1.1Manajemen kelas
Pengelolaan kelas yang mendukung pembelajaran serta penerapan penghargaan dan sanksi secara proporsional.
90,52Naik 30,64%69,29Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
40
D.1.2Dukungan psikologis
Praktik pembelajaran yang memenuhi kebutuhan psikologis siswa untuk menumbuhkan kepercayaan diri dan perasaan diterima tanpa dibeda-bedakan.
86,86Naik 22,56%70,87Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
41
D.1.3Metode pembelajaran
Praktik pembelajaran interaktif yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa.
67,68Naik 13,25%59,76Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
42
D.2Refleksi dan perbaikan pembelajaran oleh guru
Tingkat aktivitas refleksi dan perbaikan praktik pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Kurang49,74Upaya peningkatan kualitas pembelajarannya sporadis hanya untuk sekedar menyelesaikan tugas. Guru menggunakan cara berulang untuk melakukan pembelajaran dan tidak nampak adanya proses reflektif.Turun 22,98%64,58Peringkat menengah bawah (61-80%)Peringkat bawah (81-100%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
43
D.2.1Belajar tentang pembelajaran
Aktivitas belajar guru yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengajar.
52,49Turun 3,14%54,19Peringkat menengah (41-60%)Peringkat menengah (41-60%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
44
D.2.2Refleksi atas praktik mengajar
Perbaikan pembelajaran berdasarkan refleksi yang dilakukan guru.
52,39Turun 19,59%65,15Peringkat menengah bawah (61-80%)Peringkat menengah bawah (61-80%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
45
D.2.3Penerapan praktik inovatif
Inovasi pembelajaran berdasarkan refleksi yang dilakukan guru.
45,72Turun 33,05%68,29Peringkat bawah (81-100%)Peringkat bawah (81-100%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
46
D.3Kepemimpinan instruksional
Tingkat kepemimpinan yang mendukung perbaikan kualitas pembelajaran, dilihat dari penjabaran visi-misi, penyusunan program pembelajaran dan pengembangan kurikulum sekolah.
Baik51,97Kepemimpinan instruksional yang visioner dengan mengacu pada visi-misi sekolah secara konsisten termasuk mengkomunikasikan visi-misi kepada warga sekolah sehingga perencanaan, praktik dan asesmen pembelajaran berorientasi peningkatan hasil belajar Peserta didik melalui dukungan program, sistem insentif atau sumber daya yang memadai yang berdampak pada membudayanya guru melakukan refleksi dan perbaikan pembelajaran.Turun 7,15%55,97Peringkat menengah (41-60%)Peringkat menengah (41-60%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
47
D.3.1Visi-misi sekolah
Perumusan, penyampaian dan penerapan visi-misi sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
45,28Turun 22,49%58,42Peringkat menengah bawah (61-80%)Peringkat menengah (41-60%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
48
D.3.2Pengelolaan kurikulum sekolah
Kemampuan kepala sekolah dalam mengembangkan dan mengelola kurikulum yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
56,55Naik 5,03%53,84Peringkat menengah (41-60%)Peringkat menengah atas (21-40%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
49
D.3.3Dukungan untuk refleksi guru
Pemberian dukungan kepada guru untuk melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran.
54,1Turun 2,79%55,65Peringkat menengah (41-60%)Peringkat menengah (41-60%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
50
D.4Iklim keamanan sekolah
Kondisi satuan pendidikan yang kondusif yang memberikan rasa aman (secara fisik dan psikologis), seperti tidak adanya perundungan dan hukuman fisik.
Baik83,96Satuan pendidikan memiliki lingkungan sekolah yang aman, terlihat dari kesejahteraan psikologis yang baik dan rendahnya kasus perundungan, hukuman fisik, kekerasan seksual, dan penyalahgunaan narkoba. Satuan pendidikan dapat mempertahankan kualitas warga sekolah dalam mencegah dan menangani kasus untuk menciptakan iklim keamanan di lingkungan sekolah.Turun 1,11%84,9Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
51
D.4.1Kesejahteraan psikologis (wellbeing) murid
Perasaan aman dan nyaman secara psikologis yang dialami siswa di sekolah sehari-hari.
89,38Naik 19,19%74,99Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
52
D.4.2Kesejahteraan psikologis (wellbeing) guru
Perasaan bahagia menjadi guru yang didasarkan atas kesempatan untuk mengembangkan diri dan memiliki hubungan baik dengan warga sekolah.
80,05Turun 14,20%93,3Peringkat menengah atas (21-40%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
53
D.4.3Pemahaman dan sikap terhadap perundungan
Pemahaman dan sikap guru terhadap segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan secara sengaja oleh satu/sekelompok orang yang lebih "kuat" di sekolah.
67,3Turun 9,35%74,24Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
54
D.4.4Pengalaman perundungan siswa
Siswa mengalami perundungan/bullying dari guru atau sesama siswa di sekolah.
100Tidak berubah100Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
55
D.4.5Pemahaman dan sikap terhadap hukuman fisik
Pengetahuan dan sikap guru untuk menghindari hukuman fisik di sekolah.
78,07Naik 0,55%77,64Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
56
D.4.6Pengalaman hukuman fisik siswa
Hukuman fisik yang diterima oleh siswa di sekolah.
100Naik 6,25%94,12Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
57
D.4.7Pemahaman dan sikap guru tentang kekerasan seksual
Pengetahuan dan keyakinan guru untuk mengatasi kekerasan seksual di sekolah.
53,77Naik 18,65%45,32Peringkat menengah (41-60%)Peringkat menengah bawah (61-80%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
58
D.4.8Pengalaman/pengetahuan kekerasan seksual siswa
Pengalaman siswa akan kekerasan seksual yang dialami oleh diri sendiri ataupun orang lain di lingkungan sekolah.
91,67Turun 8,33%100Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
59
D.4.9Pemahaman dan sikap guru tentang rokok, minuman keras, dan narkoba
Pengetahuan dan sikap guru terhadap pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba, rokok, dan minuman keras di lingkungan sekolah.
74,26Naik 9,66%67,72Peringkat menengah atas (21-40%)Peringkat menengah atas (21-40%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
60
D.4.10Pengalaman siswa terkait rokok, minuman keras, dan narkoba
Pengalaman siswa terkait narkoba, rokok, dan minuman keras di sekolah, misalnya dibujuk untuk mencoba, menggunakan, membeli atau mengedarkan.
75Turun 15,00%88,24Peringkat menengah atas (21-40%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
61
D.6Iklim Kesetaraan Gender
Kondisi sekolah yang menunjukkan adanya pemahaman, dukungan dan tindakan warga sekolah terhadap kesetaraan kemampuan, hak, dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan.
Baik73,98Satuan Pendidikan secara aktif mensosialisasikan dan menyuarakan dukungan akan pentingnya mewujudkan kesetaraan hak-hak sipil antar kelompok gender dengan dasar prinsip keadilan.Tidak Tersedia (indikator ini baru tersedia tahun 2023)Tidak Tersedia (indikator ini baru tersedia tahun 2023)Peringkat menengah atas (21-40%)Peringkat menengah atas (21-40%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
62
D.6.1Pemahaman dan sikap warga sekolah terhadap kesetaraan gender
Pemahaman dan dukungan terhadap kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, misalnya dalam hal kemampuan, kesempatan, pemenuhan hak, dan kewajiban.
56,24Tidak Tersedia (indikator ini baru tersedia tahun 2023)Tidak Tersedia (indikator ini baru tersedia tahun 2023)Peringkat menengah (41-60%)Peringkat menengah (41-60%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
63
D.6.2Perilaku warga sekolah terhadap kesetaraan gender
Tindakan yang mendukung kesetaraan kemampuan, pemenuhan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan.
83,54Tidak Tersedia (indikator ini baru tersedia tahun 2023)Tidak Tersedia (indikator ini baru tersedia tahun 2023)Peringkat menengah atas (21-40%)Peringkat menengah atas (21-40%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
64
D.8Iklim Kebinekaan
Kondisi sekolah yang menunjukkan adanya sikap dan perilaku kepala sekolah dan guru dalam menerapkan toleransi agama dan budaya serta komitmen kebangsaan.
Baik72,93Satuan pendidikan sudah mampu menghadirkan suasana proses pembelajaran yang menjunjung tinggi toleransi agama/kepercayaan dan budaya; mendapatkan pengalaman belajar yang berkualitas; mendukung kesetaraan agama/kepercayaan, dan budaya; serta memperkuat nasionalisme.Naik 19,58%60,99Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
65
D.8.1Toleransi agama dan budaya
Sikap dan perilaku yang menunjukkan penerimaan dan penghargaan terhadap keragaman agama dan budaya di sekolah.
58,58Naik 4,01%56,32Peringkat menengah (41-60%)Peringkat menengah (41-60%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
66
D.8.2Komitmen kebangsaan
Kesetiaan pada negara dan kesediaan menumbuhkan rasa kebangsaan warga sekolah.
85Naik 14,20%74,43Peringkat menengah bawah (61-80%)Peringkat menengah (41-60%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
67
D.8.3Toleransi dan kesetaraan siswa
Sikap menerima dan menghargai keragaman agama dan budaya di sekolah
75,21Naik 44,00%52,23Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
68
D.10Iklim Inklusivitas
Kondisi yang disediakan oleh sekolah untuk menyediakan layanan bagi siswa dengan disabilitas dan cerdas istimewa dan berbakat istimewa.
Baik69,06Satuan pendidikan sudah mampu menghadirkan suasana proses pembelajaran yang menyediakan layanan yang ramah bagi peserta didik dengan disabilitas dan cerdas berbakat istimewa.Naik 7,84%64,04Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
69
D.10.1Layanan disabilitas
Pemberian layanan yang sesuai untuk anak dengan disabilitas di sekolah.
63,09Turun 10,81%70,74Peringkat menengah bawah (61-80%)Peringkat menengah bawah (61-80%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
70
D.10.2Layanan sekolah untuk murid cerdas dan bakat istimewa
Pemberian layanan yang sesuai untuk anak cerdas dan berbakat istimewa di sekolah.
50,7Naik 10,53%45,87Peringkat menengah (41-60%)Peringkat menengah bawah (61-80%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
71
D.10.3Sikap terhadap disabilitas
Penerimaan dan penghargaan terhadap siswa dengan disabilitas.
70,41Naik 8,88%64,67Peringkat atas (1-20%)Peringkat atas (1-20%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
72
E.1Partisipasi warga sekolah
Keterlibatan warga sekolah dalam proses perencanaan, pengembangan, dan pelaksanaan kegiatan di sekolah.
Sedang65,98Satuan pendidikan melibatkan orang tua dan muriddalam beberapa kegiatan di satuan pendidikan khususnya berupa kegiatan akademik dan atau non-akademik.Turun 1,57%67,03Peringkat menengah bawah (61-80%)Peringkat bawah (81-100%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
73
E.1.1Partisipasi orang tua
Sekolah mengajak orang tua untuk berpartisipasi dalam perencanaan, pengembangan, dan pelaksanaan kegiatan di sekolah.
64,39Naik 3,69%62,1Peringkat menengah bawah (61-80%)Peringkat menengah bawah (61-80%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
74
E.1.2Partisipasi murid
Sekolah mengajak siswa untuk berpartisipasi dalam perencanaan, pengembangan, dan pelaksanaan kegiatan di sekolah.
67,58Turun 6,09%71,96Peringkat bawah (81-100%)Peringkat bawah (81-100%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
75
E.2Proporsi pemanfaatan sumber daya sekolah untuk peningkatan mutu
Jumlah persentase nilai pembelanjaan non personil untuk peningkatan mutu pembelajaran dan GTK di satuan pendidikan per jenjang.
Kurang16,05Satuan pendidikan memiliki proporsi pemanfaatan sumber daya sekolah untuk peningkatan mutu yang rendah.Turun 59,21%39,35Peringkat menengah bawah (61-80%)Peringkat menengah bawah (61-80%)Asesmen Nasional 2022
76
E.2.1Proporsi pembelanjaan peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan
Persentase pembelanjaan sekolah untuk peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan dibagi total anggaran sekolah dalam satu tahun di bos salur.
Sedang5,44Satuan pendidikan telah memiliki proporsi pembelanjaan peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan yang cukup.Turun 48,14%10,49Peringkat menengah bawah (61-80%)Peringkat atas (1-20%)Sistem Informasi Pengadaan Sekolah dan Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi)
77
E.2.2Proporsi pembelanjaan non personil mutu pembelajaran
Persentase pembelanjaan sekolah untuk non personil kegiatan pembelajaran dibagi total anggaran sekolah dalam satu tahun di bos salur.
Kurang10,62Satuan pendidikan memiliki proporsi pembelanjaan non-personil mutu pembelajaran yang rendah.Turun 63,20%28,86Peringkat menengah bawah (61-80%)Peringkat bawah (81-100%)Sistem Informasi Pengadaan Sekolah dan Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi)
78
E.3Pemanfaatan TIK untuk pengelolaan anggaran
Nilai komposit dari pembelanjaan BOS secara daring dan penggunaan SDS.
Sedang50Satuan pendidikan memiliki proporsi pembelanjaan dana BOS secara daring yang cukup.Naik 100,00%0Peringkat bawah (81-100%)Peringkat menengah bawah (61-80%)Sistem Informasi Pengadaan Sekolah dan Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi)
79
E.3.1Proporsi pembelanjaan dana BOS secara daring
Jumlah pembelanjaan dana BOS melalui SIPLah dibagi total anggaran dana BOS yang dibelanjakan dalam satu tahun anggaran.
Kurang0Satuan pendidikan memiliki proporsi pembelanjaan dana BOS secara daring yang rendah.Tidak berubah0Peringkat menengah (41-60%)Peringkat bawah (81-100%)Sistem Informasi Pengadaan Sekolah dan Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi)
80
E.3.2Indeks penggunaan platform SDS sumberdaya sekolah - ketepatan waktu dan kelengkapan pelaporan
Jumlah sekolah yang membuat laporan tepat waktu di platform SDS dan lengkap.
Baik100Jumlah satuan pendidikan yang membuat laporan tepat waktu di platform SDS tinggi.Tidak Tersedia (karena nilai tahun lalu tidak tersedia)Tidak Tersedia (karena nilai tahun lalu tidak tersedia)Peringkat menengah atas (21-40%)Peringkat menengah atas (21-40%)Sistem Informasi Pengadaan Sekolah dan Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi)
81
E.5Program dan kebijakan sekolah
Program dan kebijakan sekolah untuk mencegah dan menanggulangi perundungan, hukuman fisik, kekerasan seksual, penyalahgunaan narkoba, kesetaraan gender, dan intoleransi.
Sedang52,68Satuan pendidikan melibatkan orang tua dan muriddalam beberapa kegiatan di satuan pendidikan khususnya berupa kegiatan akademik dan atau non-akademik.Tidak Tersedia (indikator ini baru tersedia tahun 2023)Tidak Tersedia (indikator ini baru tersedia tahun 2023)Peringkat menengah bawah (61-80%)Peringkat bawah (81-100%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
82
E.5.1Program dan kebijakan sekolah tentang perundungan
Ketersediaan dan penerapan program serta kebijakan untuk mencegah dan menanggulangi segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan secara sengaja oleh satu atau sekelompok orang yang lebih 'kuat' di sekolah.
37,46Tidak Tersedia (indikator ini baru tersedia tahun 2023)Tidak Tersedia (indikator ini baru tersedia tahun 2023)Peringkat menengah bawah (61-80%)Peringkat bawah (81-100%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
83
E.5.2Program dan kebijakan sekolah tentang hukuman fisik
Ketersediaan dan penerapan program serta kebijakan untuk mencegah penggunaan hukuman yang mengakibatkan rasa sakit secara fisik bagi siswa yang melakukan pelanggaran.
66,11Tidak Tersedia (indikator ini baru tersedia tahun 2023)Tidak Tersedia (indikator ini baru tersedia tahun 2023)Peringkat menengah (41-60%)Peringkat menengah (41-60%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
84
E.5.3Program dan kebijakan sekolah tentang kekerasan seksual
Ketersediaan dan penerapan program serta kebijakan untuk mencegah dan menanggulangi perbuatan yang merendahkan, menghina, melecehkan, menyerang bagian tubuh atau organ reproduksi seseorang.
32,37Tidak Tersedia (indikator ini baru tersedia tahun 2023)Tidak Tersedia (indikator ini baru tersedia tahun 2023)Peringkat bawah (81-100%)Peringkat bawah (81-100%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
85
E.5.4Program dan kebijakan sekolah tentang narkoba
Ketersediaan dan penerapan program serta kebijakan untuk mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan narkoba dan zat berbahaya lainnya (termasuk rokok dan minuman keras).
56,01Tidak Tersedia (indikator ini baru tersedia tahun 2023)Tidak Tersedia (indikator ini baru tersedia tahun 2023)Peringkat menengah bawah (61-80%)Peringkat menengah bawah (61-80%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
86
E.5.5Program dan Kebijakan mengenai kesetaraan gender
Ketersediaan dan penerapan program serta kebijakan yang mendukung kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, misalnya dalam hal kemampuan, kesempatan, pemenuhan hak, dan kewajiban.
64,04Tidak Tersedia (indikator ini baru tersedia tahun 2023)Tidak Tersedia (indikator ini baru tersedia tahun 2023)Peringkat menengah (41-60%)Peringkat menengah (41-60%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
87
E.5.6Program dan kebijakan mengenai penanggulangan dan pencegahan intoleransi di sekolah
Ketersediaan dan penerapan program serta kebijakan tentang pencegahan dan penanggulangan sikap serta perilaku yang menolak keragaman agama dan budaya di sekolah.
60,08Tidak Tersedia (indikator ini baru tersedia tahun 2023)Tidak Tersedia (indikator ini baru tersedia tahun 2023)Peringkat menengah bawah (61-80%)Peringkat menengah bawah (61-80%)Asesmen Nasional (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi)
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100