DERITA HIDUP SANG PENJUDI PART 1
PART 1
Joko duduk sambil menggelar nafas panjang. Dihisapnya
sebatang rokok sebelum menenggak air mineral untuk menenangkan diri.
Suara ramai di sekitar kosnya masih terdengar meski hari
beranjak malam. Konsentrasinya pun buyar dalam menyusun kalimat demi kalimat.
Joko adalah seorang mahasiswa semester akhir yang tengah
menyusun skripsi, namun dirinya terkendala karena bertempat tinggal di sebuah
kos-kosan yang sangat ribut. Hal tersebut membuat dirinya menjadi tidak
berkonsentrasi untuk mengerjakan skripsi. Bagaimanapun juga dia harus segera
mencari jalan keluar dari masalah tersebut.
Setelah merenung beberapa saat dia pun memutuskan mencari
tempat kos lain yang suasana mendukung.
****
Keesokan harinya.
Joko mencari informasi hingga pada akhirnya dia menemukan sebuah
kos-kosan yang lumayan murah dan sepi. Tempat tersebut diisi oleh para pegawai
yang sudah bekerja. Tentu sangat cocok bagi Joko yang butuh konsentrasi
mengerjakan skripsi karena pada saat pagi hari penghuni kos-kosan berangkat
kerja dan malam harinya sudah tentu istirahat untuk tidur.
Kos-kosan tersebut terdiri dari dua lantai yang terdiri 18
kamar, tapi di lantai 1 tidak ditempati karena selalu terkena banjir, sedangkan
di lantai 2 hanya berisi 5 kamar yang sudah terisi termasuk kamarnya.
Segera dia mulai mengerjakan tugasnya.
Tidak butuh lama baginya untuk mengenal penghuni kos lain. Dengan
begitu dia merasa nyaman dan juga tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang
barang-barang berharganya.
****
Sebulan kemudian.
Ketika Joko pulang ke kosnya dia menjumpai empat orang
mas-mas berada di depan gerbang.
Tampak mereka semua berpakaian selayak karyawan.
Saat melihat kehadirannya, salah seorang menghentikan lalu
bertanya. “Mas, apakah yang kos di sini? Ada yang namanya Hermawan?”
Joko Lantas menjawab bahwa benar ada yang bernama Hermawan
dan Kebetulan tinggal di samping kamarnya.
Mereka pun langsung meminta pada Joko agar mengantar ke kamar
pemuda keren tetangganya itu.
Langsung saja Joko mengajak ke 4 orang yang tidak dikenalnya
itu menuju kamar Hermawan sekalian saja dia masuk ke dalam.
Tidak ada hal aneh ataupun merasa curiga. Yang dipikirkan Joko
mengira jika orang-orang tersebut adalah teman kantor Hermawan.
Ketika sampai di kamar Joko menunjukkan tempat Hermawan.
Salah satu dari mereka mengetuk pintu dan terlihat Hermawan
keluar dengan raut muka yang sangat beda dan marah, sementara Joko sendiri
langsung masuk ke kamarnya.
Terdengar perdebatan antara Hermawan dan para pemuda itu. Joko
baru sadar kalau sepertinya mereka bukan teman kantor dan Joko yang tidak mau
ikut campur langsung memasang headset lalu menyalakan lagu kesayangan.
****
Satu minggu kemudian.
Joko dikagetkan dengan seseorang yang mengetuk pintu kamar Hermawan
dengan sangat kuat sambil berteriak menyebut nama Hermawan.
Tok! Tok Tok!
“Hermawan, keluar!”
Tok! Tok Tok!
“Hermawan!”
“Hermawan!”
Langsung saja Joko keluar dari kamarnya untuk melihat kondisi
di luar. Ternyata ada dua orang di depan kamar Hermawan yang mana mereka adalah
bagian dari sekelompok mas-mas yang pernah diantar ke kamarnya Hermawan waktu
itu.
Melihat Joko berdiri mematung dua pria tersebut dengan raut
marah menanyakan Di mana keberadaan Hermawan.
“Ke mana Hermawan, ha!”
Karena sudah 3 hari ini Joko tidak pernah melihat Hermawan
maka dia pun menjawab apa adanya.
Seketika dua orang tersebut langsung beranjak meninggalkan Joko.
Mereka berpesan pada Joko agar langsung menyuruh Hermawan menemui mereka.
Joko yang agak bingung
hanya mengiyakan tanpa bertanya apa pun. Dia memandang langkah 2 orang tegap
tersebut sampai menghilang.
Saat Joko hendak beranjak masuk, kali ini giliran ibu kos
yang datang mencari Hermawan dan tentu saja Joko yang menjadi pelampiasan
amarah sang ibu kos karena Hermawan sudah menunggak selama 3 bulan.
“Janji-janji saja tidak pernah ditepati!” Ibu kos coba
berteriak memanggil sambil menggedor pintu kamar Hermawan, tapi tampaknya
pemuda itu memang tidak ada di dalam.
Lagi-lagi Joko mendapat pesan agar segera lapor jika Hermawan
menampakkan batang hidungnya.
Joko masuk kamar sepeninggal ibu kos. Joko yang menenggak air
mineral terkejut saat mendengar suara sesuatu jatuh yang sangat kuat dan berat.
Gedebuk!
Suara tersebut berasal dari kamar sebelah yang tidak lain
adalah kamar Hermawan.
Sejenak Joko berpikir jika Hermawan mungkin sedang
bersembunyi di dalam, tapi dia tidak mau ikut campur urusan kawan kosnya itu hingga
membiarkan saja tanpa mencari tahu di kamar Hermawan.
****
Di malam harinya.
Salah satu penghuni kos lain bertanya pada Joko mengapa Hermawan
tidak terlihat selama 3 hari terakhir.
Kawan kos yang bernama Bagas itu menceritakan tentang ibu kos
yang selalu bertanya keberadaan Hermawan, selain itu juga tentang para penagih
yang juga menanyakan Hermawan.
Obrolan mereka berlanjut mengarah pada asal dan tempat
tinggal Hermawan. Rupanya Bagas yang lebih dulu tinggal satu kos dengan Hermawan
lebih paham tentang asal-usul pemuda tersebut.
Demi rasa simpati, Bagas mengajak Joko untuk berkunjung ke
desa Hermawan yang tidaklah jauh dari lokasi kos, mungkin membutuhkan
perjalanan sekitar satu jam saja untuk sampai ke rumahnya.
Sebenarnya ada rasa enggan di hati Joko, apalagi dia masih
dalam proses menyelesaikan tugas skripsi, tapi dia juga berpikir untuk
merefresh pikirannya yang kacau beberapa hari terakhir.
Mungkin dia akan sedikit tenang dan lega jika menemani Bagas
sekalian jalan-jalan.
Joko pun setuju dengan ajakan Bagas, namun sebelum itu, Joko
mengajak untuk mengecek sekali lagi ke kamar Hermawan. Joko memberitahukan jika
siang tadi mendengar suara keras dari dalam kamarnya.
****
Sesuai rencana.
Di libur akhir pekan berangkatlah Bagas dan Joko dengan
bersepeda motor.
Mereka berangkat selepas asar yang juga berencana akan
jalan-jalan untuk bersantai dari kegiatan yang menguras tenaga serta pikiran
tentu saja tempat yang dituju sudah disepakati juga tempat untuk menginap malam
nanti.
Sebenarnya Joko dan Bagas yang merupakan salah satu pegawai
di sebuah perusahaan milik negara belum terlalu akrab. Mereka hanya saling
bertegur sapa saja, sangat jarang melakukan obrolan panjang, tapi sekali
berbincang-bincang mereka tampak langsung akrab satu sama lain, ditambah lagi
mereka sama-sama cukup dekat dengan Hermawan sehingga rasa peduli itu pun bisa
bangkit terutama Bagas yang memang sudah cukup lama mengenal Hermawan.
Baca Part 2 Di sini
No comments:
Post a Comment