e m p a t p u l u h e n a m

4.3K 635 355
                                    

⚠️WARNING⚠️
CHAPTER INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN DAN MATURE, HARAP BIJAK DALAM MEMBACA DAN JANGAN DITIRU!

⚠️WARNING⚠️CHAPTER INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN DAN MATURE, HARAP BIJAK DALAM MEMBACA DAN JANGAN DITIRU!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aaaaa...!"

Aurora spontan menutup kedua telinganya saat Anna berteriak keras ketika sedang memandikannya. "Ada hal apa Anna? Mengapa begitu ribut?"

"I-i-ini! Bagaimana bisa tulang selangka anda yang bak dewi memiliki bekas gigitan seseorang?!" teriak Anna heboh di dalam kamar mandi.

Aurora terdiam lantas menyentuh daerah tulang selangkanya. "Apa terlihat begitu jelas?"

"Tentu saja! Tidak mungkin ini bekas gigitan anda apalagi bekasnya memerah seperti memar. Bukankah ini hickey, nona Aurora?!" ujar Anna menggebu-gebu.

"Seratus untukmu, Anna!" balas Aurora mengacung jempol lalu kembali bersender di bathtub. "Tidak perlu dibesar-besarkan. Aku akan mengatakan siapa orangnya padamu."

Anna merengut kesal. "Saya merasa dikhianati! Saya kan orang yang sudah merawat anda susah payah agar bisa secantik dan sebersinar ini! Bagaimana bisa seekor monyet tiba-tiba datang dan menandai anda begitu saja?!" ucap Anna tidak terima tetapi tangannya terus bergerak mengurus Aurora.

"Dibandingkan monyet, mungkin lebih cocok disebut anjing, Anna." kata Aurora memakai jubah mandi dan melangkah keluar. Anna mengikuti di belakang.

"Memang siapa orangnya? Saya tidak bisa menebaknya. Tidak mungkin tuan Renji yang melakukannya. Karena jika memang dia orangnya, saya akan mendatangi orang itu dan memotong kemaluan serta lidahnya sebab sudah berani mengotori tubuh cantik anda!" ujar Anna mengeringkan rambut Aurora menggunakan hair dryer.

Aurora tertawa mendengarnya. "Kau tenang saja. Bukan Renji pelakunya."

"Lalu siapa monyetnya?!"

"Itu Nevan." sahut Aurora tersenyum simpul.

Detik itu juga Anna mematung. Hair dryer yang dipegangnya berhenti bergerak. Ekspresi di wajah wanita itu terlihat syok. "Pukul saya nona. Katakan jika ini hanya lelucon anda."

"Ini bukan lelucon, Anna. Memang anak itu yang memberikan hickey padaku di ruang kerja kemarin. Sepertinya bekasnya akan butuh waktu cukup lama untuk hilang." ujar Aurora menatap ke arah cermin besar di hadapannya dan melihat bekas gigitan dan bercak merah di daerah tulang selangka miliknya.

"Saya akan memukul bokong dan punggung anak itu dengan sapu sampai dia memohon ampun nona!" ujar Anna tiba-tiba bersemangat. Dirinya nampak berapi-api saat ini. Sambil merias Aurora, Anna terus mengoceh. "Saya pasti akan membuatnya jera! Berani-beraninya anjing chihuahua itu menandai anda seolah anda miliknya! Nona Aurora itu milik bersama! Kecantikan dewi anda harus dinikmati bersama-sama! Tidak boleh dimiliki oleh seseorang! Itu namanya pelangggaran hak klaim budaya!"

Being AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang