Seperti Menyelami Luka Lama

Pernah ngerasain tidak? Kalian hidup di hari ini tapi masih terus dihentak masa lalu? atau kalian merasa jikalau hidup kalian hari ini selalu terkuras untuk hal-hal yang sebenarnya sudah tertinggal di masa lalu. Unfinished bussines, seperti menyelami luka lama.

Sudah Tiba #dailyactivities

September 22, 2019.

Terimakasih ku ucapkan untuk semua yang telah meluangkan beberapa menitnya, hingga menunggu berganti malam hanya sekadar untuk mengucapkan yang pertama. Terimakasih untuk untaian-untaian doa yang tak pernah ku untaikan sebelumnya, semoga doa-doa itu terpintal kemudian menembus langit dan kembali lagi untuk kebaikan kalian semua.

Di umur saya yang telah menginjak 22 tahun hari ini, ada beberap ahal yang harus saya selesaikan dengan cepat dan tingkatkan dengan tepat. Di umur saya yang bertepatan dengan angka kelahiran saya yaitu 22 September semoga membawa banyak keberkahan, keselamatan, kebermanfaatan untuk diri saya dan untuk sekitar saya. Ada hal yang sama ketika umur ini berganti, tetesan air mata saya di sholat Dhuha kali ini deras alirnya. Banyak yang perlu saya perbaiki dari dalam diri saya sendiri.

Harapan saya di umur 22 tahun kali ini,

Pertama, semoga ibadah sunnah saya semakin meningkat dari sebelumnya.

Kedua, cepat wisuda dan diberikan kelancaran dalam setiap urusan saya di dunia maupun di akhirat, besar harapan saya untuk segera lulus dan meneruskan studi lanjut sampai ke luar negeri.

Ada impian yang harus saya kejar, ada cinta yang harus saya gapai dan ada hati yang harus saya beri ruang untuk terus memperbaiki diri.

Terimakasih saya masih diberikan kesempatan untuk terus beribadah kepada Tuhan saya, semoga menolong saya saat hari dimana semua akan dipertanggungjawabkan.

Sampai bertemu di lain kisah di 22 September selanjutnya.

The Gift still Nothing #dailyactivities

Selasa, 3 September 2019

Pagi-pagi saat aku bangun untuk mengambil air wudhu sekitar jam 3 ada pesan singkat dari Bubby jikalau dia sedang sakit, yah begitulah dia. Aku menganjurkan dia untuk tidak masuk sekolah karena kita sedanga ada tugas PLP (Pengenalan Lingkungan Persekolahan) dan beristirahat di kosan. Biar nanti dia aku yang mengizinkan ke guru pamong kami.

Hari ini dengan kaki yang masih sakit aku paksa untuk masuk sekolah, dan bertemu dengan orang-orang yang sama lagi. Praktik kurang beberapa hari lagi yaa saya harap hari-hari begini membuka mata semua orang. Silaturahmi semoga senantiasa terjaga sebelum jarak banyak memisahkan kita.

See you tomorrow.

The Gift still Nothing #dailyactivities

Senin, 2 September 2019

Hari ini aku tidak masuk sekolah untuk mengajar, karena kaki masih terus merengek kesakitan untuk diajak berjalan. Satu hari ku habiskan untuk beristirahat tanpa melakukan aktivitas yang begitu berat.

Menerima video call dari Bubby membuat ku sedikit tidak merasa sendiri, karena hal paling membosankan adalah sakit ditambah tidak ada teman yang menunggu untuk dijadikan teman bercerita.

Sore harinya, Bubby ke kos untuk menjenguk. Dibawakan nya buah dan susu, sebenarnya aku tidak begitu mengira jika dia akan datang dan menjenguk di kos. Dahulu-dahulu dia tidak pernah semanis ini dengan teman. Dulu, aku sakit saja jarang dia menjenguk dan datang ke kos, tapi akhir-akhir ini dan tahun-tahun terberat ketika aku sakit, dia begitu manis dan selalu memperhatikan ku. Rasanya ada yang benar-benar berbalik keadaannya. Kita mengobrol sedikit demi sedikit dan bercerita kesana-kemari sembari dia meminum susu yang dia beli. Dia bercerita tentang hari ini dan seisi-isinya, bercerita ketika di sekolah dan orang-orang yang dia temui.

Oh, iya. Kita satu sekolah dalam mengikuti Pengenalan Lapangan Persekolahan hal yang tidak pernah aku sangka, bahkan kita berdua sangka sebelumnya. Aku tidak berencana atau berjanjian untuk satu sekolah dengan dia. Malahan, aku pernah berdoa kepada Tuhan, untuk tidak dipersatukan dengannya, karena aku tau bakal terjadi cerita yang begitu menguras pikiran bahkan cerita yang salah satunya mengharuskan kita untuk bertengkar, seperti ada hal wajib yang harus kita selami wkwk.

Tetapi, waktu pemilihan lapangan sekolah aku melihat didaftar nama. Namanya muncul tepat dibawah ku, seketika aku langsung mengirimkan pesan singkat kepadanya dengan tulisan “unbelieveable” kita juga saling tidak percaya, hahahaha semanis itu Tuhan tidak mau kita selalu berjarak.

Disyukuri saja, ya.

Lalu, sore ini berakhir dengan Bubby pulang ke kos nya, dan aku kembali beristirahat sembari melihat cerita horor di youtube. Penasaran namun setelah tau, jadi parno sendiri.

Tumblr yang kembali

Minggu, 1 September 2019

Sekitar jam 18.20 aku mencoba typing url untuk akun tumblr ku yang lama pernah diblokir oleh pemerintah. Jeng.. ternyata sudah bisa dibuka kembali, senang rasanya.

Hai, aku datang dengan jiwa dan hati yang baru. Sejak “Menunggu 22 September” tahun 2015 lalu, baru kali ini lagi di tahun 2019 akan ada bagian kedua. Aku akan menceritakan apa yang telah terjadi hari ini.

Pagi jam 5 pagi aku bergegas untuk berlari. Seperti biasa setiap weekend selalu ada jogging dan running untuk self-love. Namun apa yang terjadi, cidera melanda kaki kanan ini.

Oke, sekarang rasanya sakit.

“Ingat, yang telah terjadi dan luka yang kau semai sejak kemarin, berbalik kepadamu tanpa ampun.”
“Hari ini kau mencoba, menghapus segala luka dan lara yang terus mendera di dalam sukma jiwa lain. Kemudian kau hilang, nyatanya kau menyelami segala kesakitan hatimu sendiri.”

Dua Hal

Aku benci jika hatiku selalu benar, sungguh rasanya seperti dicambuk bertubi-tubi hati ini dan tersesat diantara penyesalan. 

Aku benci jika hatiku selalu benar, begitu dulu aku sungguh tertutup dari orang lain, hanya aku yang merasakan pelannya kesakitan yang terus merobek-robek dada ku. Hingga terbiasa, tak ada satupun cerita yang ku utarakan kepada orang lain.  Tentang kegetiran, kesakitan, kegelisahan, bahkan tentang cerita-cerita kelam ku.

Aku benci jika hatiku selalu benar, aku mencoba membuka satu per satu apa yang menjadikan ku terus menggelisah. Pelan-pelan, aku mulai mengungkapkan apa yang sedang ku rasakan. Tetapi, pada akhirnya juga aku menyesali keputusan ku sendiri.

Aku benci jika hatiku selalu benar, kini kecewa sedang memasuki dan menempatkan dirinya di relung hati paling dalam.  

Aku benci jika hatiku selalu benar, aku benci jika harus menceritakan semuanya. Bukannya memperingan beban, tetapi malah memperburuk hubungan.

Aku menyesal telah banyak bercerita tentang apa-apa yang ada di dalam hatiku, semua luka yang ada di hatiku, semuanya. 

Hatiku begitu bersedih, setelah ini aku tidak akan lagi percaya kepada siapa-siapa yang mengumbar kata manis. Sekalipun itu dirimu.

“Karena Tuhan tidak menginginkan hatimu yang tulus untuk jatuh ataupun terluka, lalu Dia mengirimkan aku untuk menabur suka cita di senyum mu”
“Dia yang mencari kesempurnaan di mata orang lain, lupa telah menggoreskan luka pada dirinya sendiri.”

– Septia Rahmawati