e m p a t p u l u h s e m b i l a n

3.6K 491 316
                                    

Hah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hah... Hah... Hah..
Hah... Hah... Hah..
Hah... Hah... Hah..

Abimanyu berlari secepat yang dia bisa tanpa pernah menoleh ke belakang sama sekali. Melewati semak belukar dan melompati bebatuan. Semua hal yang ada di depannya, dia terjang demi melarikan diri.

Laki-laki itu tidak tahu sudah berapa lama waktu berlalu. Meski pinggang dan kaki kanannya terasa begitu sakit seperti mau putus, Abimanyu tetap berlari.

Dor!

Heup!

Jantung Abimanyu serasa berhenti berdetak mendengar bunyi suara senapan yang ditembakkan dari arah belakang. Tanpa berani menoleh, dia terus berlari.

Hah... Hah... Hah..
Hah... Hah... Hah..

Suara napasnya yang tersengal-sengal membuat laki-laki itu semakin gugup. Dia terus menyeret kakinya yang terkilir untuk berlari.

Ketupak.. Ketupak.. Ketupak..
Ketupak.. Ketupak.. Ketupak..

Abimanyu buru-buru bersembunyi saat mendengar suara sepatu kuda semakin mendekat. Ia mencari sebuah pohon besar dengan semak-semak yang lebat agar bisa menyembunyikan diri.

Ketupak.. Ketupak.. Ketupak..

Suara sepatu kuda berhenti terdengar, menandakan bahwa sang pengendara sudah berhenti. Abimanyu menahan napas begitu merasakan ada sosok lain yang berada di dekatnya. Gemerisik suara dedaunan yang bersinggungan dengan sesuatu membuat kegugupan Abimanyu semakin besar.

Perlahan suara gemerisik dan langkah kaki terdengar semakin jauh dan menghilang. Ia melihat-lihat sekitar lantas menarik napas lega. Abimanyu tidak tahu siapa orang yang dikirimkan oleh wanita gila itu untuk membunuhnya. Laki-laki itu juga masih antara percaya dan tidak percaya bahwa keluarga dan ayahnya sudah meninggalkan dirinya. Meski tampaknya surat pemutusan keluarga yang dilemparkan Aurora padanya adalah asli.

"Aku harus pergi dari sini sekarang juga sebelum orang tadi kembali mengecek jalannya." gumam Abimanyu mengendap-endap keluar dari semak-semak dengan begitu hati-hati agar tidak menimbulkan suara.

Dor!

"ARGHHHHH...!!"

Tubuh Abimanyu sontak roboh menghantam tanah begitu tangannya terkena peluru dari senapan. Darah mulai mengalir keluar dari bahu kiri laki-laki itu. Suara langkah kaki terdengar semakin jelas. Dengan sisa kekuatan yang dimiliki, Abimanyu menyeret tubuhnya di tanah dengan merangkak. 

Sepasang sepatu mahal berhenti tepat di hadapannya beserta senapan yang digunakan untuk menembaknya. Abimanyu mengepalkan tangan. Ia menengadahkan kepala untuk melihat wajah si pelaku lalu terkejut melihat sosok Nevan yang menatapnya dengan seringai puas khas penjahat.

"Ah, bagaimana ini? Melihatmu merangkak di tanah menuju kakiku benar-benar membuatku senang." kata Nevan berusaha menutupi seringainya yang justru tampak jadi seperti meledek Abimanyu. Laki-laki itu berjongkok dengan tangan bertumpu pada senapan yang di dirikan di atas tanah.

Being AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang