Page 1 of 54

Page 2 of 54

MOZAIK KEBUDAYAAN JAWA PESISIR MASA KINI, Sastra Indonesia,FIB, UNDIP, 2024

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan rahmat-Nya,

sehingga eBook yang berjudul Mozaik Kebudayaan Jawa Pesisir ini dapat terselesaikan dengan baik.

Kumpulan riset ini merupakan hasil kerja keras dan dedikasi dari mahasiswa kelas kebudayaan Jawa

yang telah mengupas berbagai dimensi kebudayaan Jawa di wilayah pesisir, yang memiliki kekayaan

dan keunikan tersendiri.

Kebudayaan Jawa pesisir adalah sebuah mozaik, sebuah budaya yang tersusun dari berbagai elemen

yang saling melengkapi. Melalui penelitian-penelitian yang ada dalam eBook ini, pembaca akan

dibawa untuk menelusuri berbagai aspek kehidupan yang telah berkembang di kawasan pesisir Jawa,

mulai dari bahasa, kepercayaan hingga berbagai ritual yang masih eksis di tengah masyarakat. Setiap

riset yang tersaji dalam karya ini menggambarkan betapa beragam dan kompleksnya kebudayaan

tersebut, namun tetap menunjukkan kesatuan yang harmonis.

Di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang begitu cepat, kebudayaan Jawa menghadapi berbagai

tantangan, baik dari segi pelestarian, perubahan sosial, maupun eksistensinya dalam kehidupan

masyarakat masa kini. Mozaik Kebudayaan Jawa Pesisir ini hadir untuk memotret keadaan tersebut,

dengan menampilkan berbagai riset yang mengangkat fenomena, praktik, dan dinamika budaya yang

ada di wilayah pesisir Jawa. Kebudayaan ini tidak hanya menjadi identitas bagi masyarakat pesisir,

tetapi juga bagian integral dari kekayaan budaya bangsa Indonesia secara keseluruhan. Melalui riset- riset ini, kami berharap dapat memberikan wawasan yang lebih dalam mengenai bagaimana

kebudayaan pesisir Jawa terus berkembang dan melestarikan tradisi-tradisi lokal yang masih bertahan

di tengah arus globalisasi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan memberikan

kontribusi dalam penyusunan eBook ini, baik melalui bimbingan, penelitian, maupun semangat untuk

terus menjaga dan mengembangkan kebudayaan Jawa pesisir. Semoga hasil riset ini dapat bermanfaat

sebagai referensi dalam memahami lebih dalam tentang kebudayaan yang kaya dan penuh makna ini,

serta menjadi sumber inspirasi bagi penelitian selanjutnya.

Akhir kata, semoga eBook ini dapat memperkaya khazanah pengetahuan dan meningkatkan apresiasi

terhadap kebudayaan Jawa pesisir di kalangan masyarakat luas.

Semarang, 20 Desember 2024

Marta Widyawati, S.Hum., M.Hum. dan Tim

1

Page 3 of 54

KATA PENGANTAR 01

Mozaik Kebudayaan Jawa Masa Kini

DAFTAR ISI 02

ASMA’ DZAKIA G. N. 04

Resepsi Mitos Menikah di Bulan Suro

pada Era Digital: Analisis Unggahan

di Aplikasi X

SILVIA KASYIFATUL M. 11

Tradisi Megengan di Demak Jawa

Tengah: Makna dan

Perkembangannya dalam Budaya

Jawa

ANGELINA MAVAZA 15

Makna Simbolik Tradisi Balangan

Gantal (Saling Melempar Daun Sirih)

dalam Prosesi Temu Manten pada

Pernikahan di Jawa Tengah

LIA APRIANINGSIH 23

Adab Makan Dari Pinggir Piring

Masyarakat Jawa Dalam perspektif

Agama Islam

D

A

F

T

A

R I S I

Page 4 of 54

INSANIA CAHYAWATI D. 28

Mozaik Kebudayaan Jawa Pesisir Masa Kini

Representasi Identitas Keagamaan

(Islam) dalam Pemberian Nama

Anak

KHIDMATI AMALIA E. 36

Strategi Tawar Menawar ‘Ngenyang’

Dagangan di Desa Kenduren Demak

DESI ZAKIYATUL AFIDAH 43

Habitus dalam Tradisi Pamali:

Pengaruhnya terhadap

Pembentukan Perilaku Remaja di

Kecamatan Gringsing

MIRA KHOIRUN NISA 48

Tradisi Bancakan Membeli Motor:

Habitus dan Perannya dalam

Membangun Solidaritas di Desa D

Mentosari

A

F

T

A

R I S I

Page 5 of 54

MOZAIK KEBUDAYAAN JAWA PESISIR MASA KINI, Sastra Indonesia,FIB, UNDIP, 2024

4

Resepsi Mitos Menikah di Bulan Suro pada Era Digital: Analisis Unggahan di

Aplikasi X

Asma’ Dzakia G. N.

Abstrak

Bulan Suro merupakan bulan keramat dalam kepercayaan Jawa. Banyak mitos yang dipercayai pada

bulan ini, salah satunya adalah mitos menikah di bulan Suro yang dipercaya akan mendatangkan

musibah kepada pengantin seperti perceraian. Topik ini selalu menjadi bahasan seru di aplikasi X

sebagai aplikasi yang banyak digunakan masyarakat dan sering digunakan untuk menyatakan opini

pribadi dalam unggahannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisisresepsi pengguna aplikasi

X terhadap mitos menikah di bulan Suro. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif

deskriptif dengan pendekatan analisis resepsi. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa mitos

menikah di bulan Suro direpresentasikan lewat berbagai narasi. Terdapat tiga kategori resepsi terhadap

mitos tersebut, posisi dominan hegemoni ditempati oleh pengguna yang memercayai secara mutlak

mitos menikah di bulan Suro karena beberapa alasan, posisi selanjutnya adalah posisi negosiasi yang

ditempati oleh pengguna yang menerima adanya mitos menikah tersebut tetapi menegosiasikan mitos

itu sesuai kepercayaannya, dan terakhir posisi oposisi yang ditempati oleh pengguna yang menolak

secara penuh mitos tersebut karena alasan-alasan tertentu.

kata kunci : bulan suro, mitos, resepsi, aplikasi X

Pendahuluan

Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke merupakan negara yang memiliki banyak

sekali suku bangsa, sehingga mereka memiliki kebudayaan yang beragam. Berdasarkan sensus Badan

Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia memiliki 1340 suku bangsa dengan 41% dari total populasi

dimiliki Suku Jawa. Setiap suku bangsa pasti memiliki adat istiadat yang berbeda satu dengan yang

lain. Memiliki kebudayaan sendiri- sendiri.

Salah satu kebudayaan yang sering disorot adalah kebudayaan Jawa, sebagai pemilik populasi paling

banyak. Berbicara kebudayaan Jawa, tentu sudah tidak asing bagi semua orang bahwa adat Jawa

memiliki keyakinan terhadap waktu, hari, atau bulan tertentu dalam melaksanakan suatu kegiatan.

Mereka meyakini adanya hari baik dan hari buruk sehingga pemilihan tanggal suatu kegiatan menjadi

sesuatu yang wajib dilakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut bisa saja kegiatan sehari-hari ataupun

kegiatan besar seperti acara pernikahan, kelahiran anak, khitanan, acara kehamilan, dan masih banyak

lagi. Hari buruk yang diyakini masyarakat Jawa salah satunya adalah hari-hari di bulan Suro

(Muharram) sehingga mereka menghindari melakukan acara hajatan di bulan tersebut, terutama acara

hajatan pernikahan.

Bulan Suro sendiri memang merupakan bulan yang sakral bagi masyarakat Jawa, banyak sekali mitos- mitos yang berhubungan dengan bulan tersebut. Beberapa alasan sakralnya bulan ini bagi masyarakat

Jawa yaitu: bulan Suro dianggap sebagai bulan prihatin yang terkait dengan tragedi Karbala, gerbang

gaib di bulan Suro terbuka sehingga makhluk harus bisa bersenggolan dengan manusia, dan Ratu Kidul

sedang ada hajat di bulan tersebut.